PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS TUNA CAKAP BELAJAR
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bimbingan Dan
Konseling
Dosen
pengampu: Bpk Jaino
Rombel: 55
Disusun oleh:
1.
Muhammad Hasbi Ashshiedieqie (1401411086)
2.
Lela Diska Arvio F (1401411090)
3.
Siti Maisaroh (1401411372)
4.
Tri Puji Lestari (1401411495)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap anak memiliki kemampuan atau kelebihan yang
berbeda-beda, begitu pula dengan kekurangan atau ketidak mampuannya yang
menjadi masalah bagi siswa salah satunya adalah anank tuna cakap belajar. Jangankan
anak berbakat atau berpotensi, anak tuna cakap belajar pun membutuhkan atau
lebih membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kekurangan dan
ketidak mampuannya, atau orang yang mampu memecahkan masalahnya itu. Karena
sifat dasar anak berbeda-beda, baik tempramennya, gaya, sikap maupun emosinya.
Begitu juga dengan anak tuna cakap belajar akan berbeda dengan anak normal
lainnya dan begitu jelas.
Berbagai observasi menunjukan bahwa cara berpikir
anak tuna cakap belajar berbeda dengan cara berpikir anak normal pada umumnya.
Karena adanya keterlambatan dalam berpikir atau menerima
materi/stimulus/rangsangan dari orang lain, khususnya saat belajar. Kita
menyadari bahwa kurang adanya perhatian terhadap kebutuhan anak yang memiliki
masalah (anak tuna cakap belajar) dalam cara berpikir atau merealisasikan
sesuatu dan kesempatan. Kesempatan yang sepadan dan selaras dengan kebutuhan
atau ketidak mampuan mereka.
Dengan itu, kita sebagai calon pendidik dan
pembimbing sekaligus orang tua mereka, harus mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi pada anak didik kita yang mempunyai kelemahan atau ketidak mampuan
dalam berpikir (anak tuna cakap belajar), dan bagai mana cara kita untuk
mengetahui anak tersebut, Untuk itu kita akan membahas tentang cara mengetahui
anak tuna cakap belajar dan cara membimbingnya.
B. RUMUSAN
MASALAH
a. Apakah
Definisi Tuna Cakap Belajar?
b. Bagaimanakah
identifikasi tuna cakap belajar?
c. Bagaimanakah
karakteristik anak tuna cakap belajar?
d. Apa
sajakah jenis-jenis tuna cakap belajar?
e. Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar?
f. Bagaimanakah
Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui:
a. Definisi
Tuna Cakap Belajar
b. Identifikasi
tuna cakap belajar
c. Karakteristik
anak tuna cakap belajar
d. Jenis-jenis tuna cakap belajar
e. Faktor-faktor
yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar
f. Cara
Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tuna Cakap Belajar
Bimbingan
merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa Inggris. Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada
individu dengan menggunakan cara, prosedur dan bahan tertentu agar individu
tersebut dapat mandiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat
mengembangkan diri sebagai personal yang unik.
Bimbingan
secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan, namun dalam pengertian yang
sebenarnya, tidak setiap bantuan merupakan bimbingan, misalnya : Jika seorang
guru membisikan jawaban atas soal ujian pada waktu ujian sedang berlangsung
agar siswanya dapat lulus, maka bantuan seperti ini tidak termasuk bantuan
dalam arti bimbingan ataupun seorang anak yang membantu menyeberangkan seorang
nenek di jalan raya, bantuan seperti ini juga bukan bantuan dalam arti
bimbingan. Bentuk bantuan yang berkonotasi bimbingan harus memenuhi syarat
tertentu, bentuk tertentu, prosedur tertentu, pelaksanaan tertentu sesuai
dengan dasar, prinsip dan tujuannya.
Dilihat
dari fungsi bimbingan atau penyuluhan itu bersifat pencegahan, pengembangan,
dan penyembuhan. Adapun beberapa fungsi bimbingan di SD, antara lain:
a. Penyuluhan
(distributive)
b. Pengadaptasian
(adaptive)
c. Penyesuaian
(adjustive)
Jenis dan layanan bimbingan berupa
bantuan-bantuan diantaranya:
a.
Pemberian informasi sebagai orientasi
b.
Bantuan untuk menyesuaikan diri
c.
Penyuluhan tentang perkembangan
individu.
Penyesuaian
terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri
dan meerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan
yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak,tetapi juga
merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan
segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus berkembang
Pengertian
tentang murid tuna cakap belajar nampaknya cenderung belum memasyarakat, karena
istilah yang sudah lazim digunakan dalam pendidikan di Indonesia adalah murid
yang mengalami kesulitan belajar dengan subutan anak “berkesulitan belajar”.
Secara esensial kedua istilah tersebut dapat di katakan “Identik”. Meskipun jika
di lihat dari faktor yang menimbulkan ketunacakapan belajar cenderung labih
bersifat internal (faktor yang berasal dari dalam diri anak). Tuna cakap
belajar sebagai terjemahan dan learning di sabilities. Keragaman istilah ini di
sebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda, seperti di kemukankan
berikut ini :
a. Kelompok
ahli pendidikan menyebutnya dengan istilah “Educationally Handicapped”. Di
gunakan istilah ini karena murid-muirid di tinjau mengalami kesulitan dalam
mengikuti proses pendidikan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus
sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya.layanan ini tidak hanya berkaitan
dengan kesulitan yang di hadapinya tetapi juga dalam strategi atau pendekatan
bantuannya (Hallan dan Kauffman, 1991).
b. Bidang
medis menyebutnya dengan Brain Injured, minimal Brain Dyshfuncion, alasannya
karena dari hasil deteksi secara medis anak-anak tuna cakap belajar mengalami
penyimpangan dalam perkembangan otaknya, yang diakibatkan adanya masalah pada
saat persalinan atau memang sejak lahir mengalami penyimpangn.
c. Kelompok
ahli Psiko Linguistik menggunakan istilah language disorders karena anak-anak
tuna cakap belajar cenderung mengalami bangguan meliiputi ekspresif yaitu kemampuan menangkap ide atau menangkap
perasaan orang lain yaitu disampaikan secara lisan.
Di
bawah ini di kemukakan beberapa definisi tentang learning disabilities yang
dikemukakan oleh para ahli. Samuel Kirk (1971). Mengemukakakn definisi learning
disabilities adalah murid yang tidak digolongkan kepada katergori di bawah
normal (keluarbiasaan), namun mereka yang mengalami kelemahan dalam berbicara
perceptual-motorik (berbahasa), persepsi visual dan auditorium. Canadian
Associatiaon for children and adults with learning disabilities (1981),
menjelasakan pergertian tentang murid berkesulitan berlajar yaitu merekan yang
tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun kecerdasannya termasuk
normal sedikit di atas normal, atau sedikit di bawah normal. Keadaan ini
sebagai akibat disfungsi minimal otak yang terjadi karena penyimpangan
perkembanngan otak yang dapat berwujud dalam berbagai kombinasi gejala
gangguan, seperti : gangguan persepsi, pembentukan konsip, bahasan, ingatan,
control perhatian atau gangguan motori. Keadaan ini tidak disebabkan oleh
ganguan prima pada penglihatan, pendengaran, cacat motorik atau ganguan
emosional, retardasi mental, atau akibat lingkungan (cartwringht, dkk, 1984).
Kesulitan
belajar lebih di definisikan sebagai gangguan perceptual, konseptual, memori,
maupun ekspresif di dalam proses belajar. Dan uraian di atas dapat di katakana
bahwa kesulitan belajar atau learning disabilities merupakan istilah generik
yang merujuk kepada keragaman di mana gangguan tersebut di wujudkan dalam
kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses
belajar.
B. Identifikasi
Anak Tuna Cakap Belajar
Sunaryo ( 1998/
1999 ) menjelaskan prosedur identifikasi dan metode mengajar untuk anak tuna
cakap belajar, memiliki prinsip dasar yang harus dipahami, yaitu :
a. Tes
atau tekhnik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasa anak, dan dapat
dipahami anak.
b. Tidak
ada prosedur tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan program pendidikan
yang layak mengetahui masalah berkesulitan belajar.
Ada prosedur
yang dikembangkan di Amerika, untuk menilai seorang anak termasuk mengalami
kesulitan belajar yaitu :
a. Seorang
anak yang berkesulitan belajar sidak mampu mencapai prestasi sesuai usia dan
tingkat kecakapan dalam satu atau lebih bidang. Seperti : Ekspresi lisan;
Mendengarkan pemahaman; Ekspresi tulisan; Keterampilan membaca dasar; Membaca
pemahaman; Perhitungan matematis; Berpikir matematis.
b. Seorang
anak tidak diidentifikasi mengalami kesulitan belajar ( learning disabilities )
jika disebabkan oleh : hambatan visual, pendengaran atau motorik;
keterbelakangan mental; gangguan emosional; ketakberuntungan lingkungan,
kultural atau ekonomis.
c. Ada
tim penilai dari berbagai disiplin ilmu, meliputi : guru tetap; seorang ahli
yang mampu melakukan uji diagnostik ( ahli psikologi dan guru ahli remedial ).
d. Observasi.
Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar murid di kelas. Mengamati
murid dalam suatu lingkungan yang cocok bagi murid sesuai dengan usianya.
e. Laporan
tertulis, tim evaluasi membuat laporan tertulis hasil evaluasi yang meliputi :
kesulitan belajar khusus yang dialami murid; dasar yang digunakan dalam
menentukan Janis kesulitan belajar yang dialami; perilaku-perilaku yang relevan
yang tercatat selama dilakukan temuan medis yang relevan dengan pendidikan;
kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa
pendidikan dan layanan khusus.
C. Karakteristik
Anak Tuna Cakap Belajar
a. Ditinjau
Dari Sifat dan Perilaku Anak
Setiap
anak atau siswa memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda, adapun
karakteristik anak tuna cakap belajar antara lain:
a) Memiliki
kelemahan dalam berpikir dan menerima materi atau stimulus yang diberikan oleh
guru.
b) Intelegensinya
dibawah rata-rata.
c) Tidak
menunjukan peningkatan prestasi.
d) Lebih
cenderung menyendiri, cuek dan pemalu
e) Jika
dihadapkan dengan sebuah pertanyaan atau soal cenderung tidak bisa menjawab
atau lambat.
f) Tidur
didalam kelas
g) Tidak
aktif.
h) Nyontek
pekerjaan teman.
i) Tidak
naik kelas.
Mungkin
masih banyak lagi karakteristik yang ada pada diri siswa/anak yang dikatakan
tuna cakap belajar.
b. Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau
dari Berbagai Aspek
Karakteristik
tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid kecenderungan menunjukkan
kesulitan dalam hal-hal berikut.
a) Aspek
Kognitif
Yaitu murid yang
menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus seperti :
kemampuan membaca, menulis, bicara, mendengarkan, berpikir dan matematis.
Semuanya merupakan penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan
seperti ini merefleksikan keyakinan bahwa masalah murid tuna cakap belajar
lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan disebabkan oleh
tingkat kecerdasan yang rendah.
Kasus kesulitan
membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik dari
kekurang berfungsian aspek kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar.
namun di lain pihak, tidak jarang mereka menunjukkan kemampuan berhitung atau
matematika yang cukup tinggi. Kasus tersebut membuktikkan bahwa anak tuna cakap
belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan tetapi kemampuan tersebut
tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik
(academic retardation), yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya
dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata.
b) Aspek
Bahasa
Yaitu murid yang
menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengeksperikan diri, baik secara
lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain, murid yang mengalami tuna
cakap belajar dalam aspek bahasa cenderung mengalami kesulitan dalam menerima
dan memahami bahasa (bahasa reseptif) serta dalam mengekspresikan diri secara
verbal (bahasa ekspresif).
Di dalam proses
belajar, kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan menyatakan
pikiran. Sehingga aspek kemampuan bahasa dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan
dari aspek kognitif, karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses
kognitif.
c) Aspek
Motorik
Masalah motorik
merupakan salah satu masalah yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar
yang berhubungan dengan kesulitan dalam keterampilan motorik-perseptual
(perceptual-motor problem), yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan
meniru rancangan atau pola. Kemampuan motorik ini diperlukan untuk menggambar,
menulis atau menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik,
anatara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang
dimiliki murid yang mengalami tuna cakap belajar.
d) Aspek
Sosial dan Emosi
Dua
karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial emosional murid
tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelabilan
emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan temperamen,
sementara ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap
doronggan-dorongan tersebut.
Karakteristik
anak yang mengalami tuna cakap belajar tidak akan berlaku universal bagi
seluruh anak tersebut karena setiap ketuna-cakapan belajar anak yang spesifik
memiliki gejala dan karakteristik tersendiri seperti yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya, yaitu tentang jenis-jenis tuna cakap belajar.
D. Jenis
–Jenis Tuna Cakap Belajar
a. Minimal
Brain Dysfunction
Minimal
brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk
merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada murid ketidakberfungsian ini
bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti konseptualisasi,
bahasa, memori, pengendalian , perhatian, impulse(dorongan), atau fungsi
motorik.
b. Aphasia
Aphasia
merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal mnuasi ucapan-ucapan bahasa
yang bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun. Ketidakcakapan bicara ini tidak
dapat dijelaskan karena factor ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ
bicara,tau factor lingkungan.
Simptom aphasia digolongkan kedalam
tiga karakteristik utama yakni:
a) Receptive
aphasia
· Tidak
dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
· Tidak
mendapat melacak arah
· Kemiskinan
kosa kata
· Tidak
dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
· Tidak
dapat memahami apa yang dia baca.
b) Expressive
aphasia
· Jarang
bicara di kelas
· Kesulitan
dalam melakukan peniruan.
· Banyak
pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
· Jarang
menampilkan gesture (gerakan tangan )
· Ketidakcakapan
menggambar dan menulis.
c) Inner
aphasia
· Tidak
mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir abstrak
· Memberikan
respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
· Lamban
merespon
d) Dyslexsia
Dylexia,
ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan belajar. Yakni anak-anak
berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompitisi dengan temannya di
sekolah .
Simptom
umum dylesia :
· Kelamahan
orientasi kanan –kiri
· Kecendurungan
membaca kata bergerak maju mundur. Seperti “dia” dibaca “aid”.
· Kelemahan
keterampilan jari.
· Kesulitan
dalam berhitung
· Kelmahan
memori.
· Kesulitan
auditif.
· Kelemahan
memori visual.
· Dalam
membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol visual ke dalam symbol auditif
sejalan dengan bunyi secara benar.
e) Kelemahan
Perseptual dan perseptual-motorik
Kelemahan
preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepada masalah yang sama,
persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi
itu sendiri membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus
diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.
E. Faktor-Faktor
Anak Tuna Cakap Anak
a. Faktor-faktor
anak mengalami atau mempunyai kelemaha/ketidak mampuan dalam berpikir, menerima
materi, stimulis dan rangsangannya (anak tuna cakap) antara lain:
a) Faktor
Internal (dalam diri anak)
1. Minimal
Brain Dysfunction (ketidak berfungsian minimal otak) yang bias termanifestasi
dalam berbagai kondisi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa
memori, pengendalian perhatian impuls (dorongan) atau fungsi motorik.
2. Faktor
Gangguan Emosional. Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional
yang berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf
3. Kelemahan
perceptual
4. Males
belajar
5. Kelemahan dalam membaca (dyslexia)
6. Bawaan
b) Faktor
Ekstern (dari luar diri anak)
1. Faktor
keluarga (keturunan)
2. Faktor
“Pengalaman”. Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan
perkembangan dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini
biasanya dialami oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang
layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau mainan
tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan
keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau
bollpoint. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi
sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan erat dengan
masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu perkembangan dan
keberfungsian otak.
3. Lingkungan
4. Beban
pikiran karena masalah dengan keluarga
5. Tidak
adanya atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga
6. Tidak
adanya bimbingan atau pengarahan
b. Pengaruh
ketidak mampuan atau kelemahan dalam menerima materi, stimulus/rangsangan bagi
anak yang bersangkutan (anak tuna cakap belajar) dan temannya antara lain :
a) Pengaruh
bagi dirinya sendiri
1. Menjadi
suatu masalah atas kelemahannya
2. Menjadi
penghambat dalam meraih prestasi
3. Menjadikan
kurang percaya diri dan tidak bersemangat
4. minder
dan suka menyendiri
5. Bahan
ejekan teman
6. Membuat
anak jadi merasa bodoh dan makin tidak terkontrol emosinya
7. Mudah
terpengaruh dengan hal-hal yang negative
8. Dimarahi,
diomel orang tua
9. Menambah
beban teman sekelompoknya
b) Pengaruh
bagi teman-temannya
1. Menjadi
kendala saat kerja kelompok
2. Menimbulkan
rasa kasihan
3. Bahan
cemoohan atau ledekan
4. Mengurangi
saingan dalam berprestasi
5. Mempengaruhi
dalam suasana belajar mengajar
c. Langkah-langkah
untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak yang mengalami kelemahan atau
ketidak mampuan dalam menerima materi, stimulus dan rangsangan (anak tuna cakap
belajar) antara lain:
a) Memberikan
perhatian dan kesempatan-kesempatan yang sepadan, selaras sesuai dengan
kebutuhannya.
b) Khususnya
bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak dengan kesabaran,
tanggung jawab untuk membimbingnya.
c) Maafkan
dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai pemacu semangat
mereka.
d) Jangan
sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi beban baginya.
e) Dekatilah
dan menjadi teman curhat setia bagi mereka.
f) Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai
dengan kebutuhannya.
F. Cara
Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar
a. Menyusun
ilustrasi dari setiap pokok bahasan yang diteskan
b. Mempersiapkan
Glosari atau kata-kata khusus dan definisi dari setiap konsep yang diajarkan
c. Membuat
kartun atau gambar yang menjelaskan tentang gagasan dari setiap pokok bahasan /
sub pokok bahasan
d. Membuat
rangkaian gambar yang berhubungan dengan gagasan yang beragam dalam setiap sub
pokok bahasan
e. Membuat
majalah dinding
f. Menulis
atau merekam berita mengenai suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran
g. Mewancarai
seseorang yang memahami topic-topik pelajaran
h. Mempelajari
informasi baru dari jurnal, yang sesuai dengan materi pelajaran
i. Mempersiapkan
proposal penelitian
j. Mempersiapkan
slide, filmstrip, atau penyajian videotape bagi kelompok
Terdapat tiga
dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangkan secara terpadu dengan proses
pembelajaran dalam upaya membantu murid tuna cakap belajar. Jerome Rosner
(1993) menggolongkan pola tersebut, yaitu :
a. Layanan
remediasi
Terfokus kepada
upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika mungkin menghilangkan kesulitan.
Dalam layanan ini murid dibantu untuk mengatasi kekurangan dalam keterampilan
perceptual maupun kecakapan dasar berbahasa, sehingga dia dilengkapi dengan
keterampilan yang dapat menjadikannya mampu memperoleh kemajuan dalam kondisi
pembelajaran normal. Dengan kata lain, remediasi ini mengubah dan memperbaiki
keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dalam kondisi normal dan tidak
perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b. Layanan
kompensasi
Yaitu
mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku
yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan
kekurang terampilan perceptual dan bahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut
layanan yang bersifat kompensasi ini hendaknya memperhatikan patokan atau
rambu-rambu berikut;
a) fahami
dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan factual yang di perlukan dalam
mempelajari bahan ajaran,
b) batasi
jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit
ajaran, dan sampaikan sedikit demi sedikit; jika perlu gunakan system jembatan
keledai,
c) sajikan
informasi secara jelas tentang apa yang harus murid pelajari,
d) nyatakan
secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang
telah dimiliki murid,
e) jika
murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit
yang lebih besar,
f) siapkan
pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid,
g) lakukan
drill dan, latihan yang paling efektif, jika perlu minta murid mengatakan dan
menuliskan apa yang dia lihat dan dengar.
Selanjutnya
Jerome Rosner (1993), mengemukakan petunjuk pengambilan keputusan dalam
melakukan treatment sebagai berikut.
a) Pertama,
mengidentifikasi kasus utama tentang ketunacakapan belajar yang secara
signifikan menggangu perkembangan kemampuan-kemampuan pokok belajar murid. Yang
termasuk kepada kemampuan pokok belajar murid yaitu :
1. keterampilan-keterampilan
perceptual, yang dapat diidentifikasi melalui system “coding” dalam bentuk
bacaan, tulisan, ejaan, dan hitungan.
2. Bahasa,
yang berkaitan dengan upaya murid dalam memperoleh informasi.
b) Kedua,
mengidentifikasi dan menilai kemampuan pokok belajar murid baik dalam hal
keterampilan perceptual maupun bahasa.
c) Ketiga,memberikan
remediasi terhadap kelemahan-kelemahan melalui proses pembelajaran .
Tiga faktor yang
perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan ( faktor-faktor prognostic ) untuk
melakukan treatment, yaitu :
1.
kasus yang mungkin terjadi baik
menyangkut aspek kelemahan bahasa atau keterampilan perceptual.
2. Usia
murid dan kelemahan dalam prestasi belajarnya di sekolah.
3. Tersedianya
sumber-sumber emosi, fisik, waktu dan energi yang diperlukan dalam program remedial.
c. Prevensi
Langkah
pertama dalam prevensi adalah mengidentikasi murid sebelum dia mengalami
kesulitan atau ketunacakapan belajar di sekolah. Langkah-langkah ini
dilaksanakan melalui tes atau pemeriksaan terhadap aspek-aspek pribadi murid
yaitu sebagai berikut.
a) Kesehatan
Untuk mengetahui kesehatan murid
perlu keterangan dari dokter ahli anak (pediatrician) yang menjelaskan tentang
kondisi kesehatan murid tersebut.
b) Perkembangan
Perkembangan murid yang perlu
dipahami itu menyangkut aspek-aspek social, bahasa, motor, dan tingkah laku
adaptif.
c) Penglihatan
dan Pendengaran
Untuk mengetahui kesehatan atau
kondisi kesehatan murid bisa memeriksakan murid ke dokter ahli mata sedangkan
untuk mengetahui kondisi pendengaranya dapat diperoleh keterangan dari dokter
ahli telinga ( THT ).
d) Keterampilan
Perseptual
Untuk mengetahui keterangan
perseptual ini dapat melalui pemeriksaan disamping dari ahli mata juga melalui
tes psikologis tentang keterampilan perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
e) Usia
Pra Sekolah
Dewasa ini banyak anak yang masuk
sekolah sebelum usia lima tahun. Dalam hal ini, mereka perlu dipilih secara
hati-hati apakah akan mengalami resiko atau tidak.
f) Usia
Masuk TK
Menurut aturan anak-anak tidak
boleh masuk TK sebelum usia lima tahun. Pada kenyataannya mungkin saja
ditemukan anak yang belum berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan
yang baik dalam perilaku social, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak
seperti ini relative masih sangat sedikit.
PENUTUP
A. Simpulan
Murid-muirid tuna
cakap belajar yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pendidikan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus sesuai dengan bentuk
dan derajat kesulitannya.layanan ini tidak hanya berkaitan dengan kesulitan
yang di hadapinya tetapi juga dalam strategi atau pendekatan bantuannya.
Karakteristik
Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek yaitu Aspek Kognitif, Aspek
Bahasa, Aspek Motorik dan Aspek Sosial dan Emosi.
Jenis –Jenis
Tuna Cakap Belajar yaitu Minimal Brain Dysfunction, Aphasia, Inner aphasia, Dyslexsia,
Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik.. Faktor-Faktor Anak Tuna Cakap
Anak yaitu Faktor Internal (dalam diri anak) yang terdiri atas Minimal Brain
Dysfunction, Faktor Gangguan Emosional. Sedangkan faktor eksternal yaitu Faktor
keluarga (keturunan), Faktor “Pengalaman”, Lingkungan, Beban
pikiran karena masalah dengan keluarga, Tidak adanya atau
kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga, tidak
adanya bimbingan atau pengarahan.
B. Saran
Sebaiknya kita
sebagai guru harus sedini mungkin mengenal anak didik kita. Sehingga anak didik
kita dapat terdeteksi ketuna cakapan belajarnya sehingga guru dapat menyusun
strategi yang tepat untuk mengurangi ketuna cakapan belajar tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Mugiarso, Heru dkk.
2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
Kartadinata,
Sunaryo dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah
Dasar. Bandung: CV Maulana
http://wiwithusni.blogspot.com/2012/06/bimbingan-murid-tuna-cakap-belajar.html
(diakses tanggal 30 September 2012 pukul 16.00 WIB)
http://bamperxii.blogspot.com/2008/04/tuna-cakap-kesulitan-belajar.html
(diakses tanggal 30 September 2012 pukul 16.00 WIB)
yazjatnika251009.blogspot.com/2010/11/blog-post.html (diakses tanggal 30 September 2012 pukul
16.00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar